Breaking News

Thursday, October 2, 2014

LAPORAN PERSILANGAN MONOHIBRID


LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
PERSILANGAN MONOHIBRID PADA DROSOPHILA

             



Disusun oleh:
Nama   : Furqon Faizah
NIM     : 1101070012
Prodi /Kelas : pend. Biologi / 3B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PERSILANGAN MONOHIBRID PADA DROSHOPILA

       I.            TUJUAN
·         Untuk membuktikan hukum Mendel I atau Hukum segregasi yang akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipnya 3:1
·         Untuk mengetahui cara menggunakan analisis chi-kuadrat agar mengetahui penyimpangan yang terjadi dari hasil yang diamati dibandingkan dengan hasil yang diharapkan pada hipotesis
·         Untuk mengetahui hasil keturunan dari parental yang berupa F1
    II.            DASAR TEORI
Persilangan monohibrid didasarkan pada percobaan yang dilakukan oleh Gregor Johann Mendel, dia melakukan percobaan untuk mengetahui hasil persilangan dan kemungkinan keturunan yang diperoleh dari dua individu yang disilangkan, kemudian dia melakukan percobaannya itu dengan tanaman ercis (kapri) dalam bahasa latin disebut Pisum sativum dikarenakan terdapat sifat-sifat kontras pada tanaman ercis yang nampak sehingga memudahkan Mendel dalam penelitiannya, seperti bentuk biji yang bulat atau berlekuk, ukuran tanaman yang tinggi atau rendah, kemudian perbedaan warna pada bunga dan biji dan lain sebagainya.
Untuk memudahkan dalam memahami persilangan yang dilakukan oleh Mendel perlu dipahami beberapa istilah sebagai berikut:
·         P singkatan dari Parental yang mempunyai arti Induk
·         F singkatan dari Filial yang berarti keturunan
·         Fenotip adalah sifat yang terlihat yang dapat diamati seperti warna, bentuk, ukuran dan lain sebagainya
·         Genotip adalah susunan genetik dari suatu individu ( tidak dapat diamati )
·         Gen yang dominan di beri simbol huruf besar dan gen yang resesif diberi simbol huruf kecil
·         Karena suatu individu umumnya diploid maka diberi simbol dengan huruf dobel, contohnya AA atau aa
·         Homozigotik merupakan sifat dari individu yang genotipnya terdiri dari gen-gen yang sama dari tiap-tiap jenis gen, contohnya AA
·         Heterozigot sifat dari individu yang gen-gennya berlainan dari tiap jenis, contohnya Aa
·         Alel adalah anggota dari sepasang gen, contohnya A dan a adalah alel tetapi A dan b bukan alel ( Suryo,1990: 89 )
      Demikian adalah istilah-istilah yang digunakan Mendel dalam percobaannya.
      Mendel menggunakan galur murni, yakni jenis dari generasi ke generasi yang berikutnya menghasilkan sifat yang sama, seperti tanaman ercis yang berbiji bulat selamanya menghasilkan keturunan yang berbiji bulat, oleh karenanya memiliki genotip BB, sedangkan tanaman yang berbiji keriput  selamanya akan menghasilkan keturunan yang berbiji keriput memiliki genotip bb. Galur murni selamanya merupakan jenis yang homozigotik. Dan generasi F1 yang merupakan hibrida dari kedua sifat tadi, merupakan keturunan yang heterozigotik. Walaupun fenotipnya sama dengan generasi parental yang berbiji bulat, namun genotipnya berbeda. Maka generasi F2 yang diperoleh dari persilangan F1 akan bersegregasi menjadi berbiji bulat dan berbiji keriput dengan perbandingan 3:1. Muncul fenotip yang berbiji keriput pada generasi F2 dimana pada generasi sebelumnya seperti hilang, karena segresi dari pasangan gen Bb ke dalam gamet-gametnya. Kemudian gamet-gamet itu bergabung kembali menjadi gen yang resesif (bb) pada F2.
Pada kejadian diatas dikenal hukum Mendel 1 atau sering disebut dengan hukum segregasi yang berbunyi “ pada pembentukan gamet, gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan ke dalam dua sel anak” (Tjan Kiau Nio, 1991: 32)
Persilangan dengan menggunakan satu sifat beda ini disebut dengan persilangan monohibrid. Pada persilangan ini dihasilkan 4 kombinasi pada keturunan dengan perbandingan 3:1 . kemudian dari persilangan ini juga dapat diketahui bahwa pada suatu individu bisa mempunyai  fenotip sama ( misalnya tanaman berbiji keriput) akan tetapi mempunyai genotip yang berbeda ( misalnya Aa dengan AA ), (Suryo, 1990: 91).
 III.            ALAT DAN BAHAN
Ø  ALAT
o   Botol kultur yang berisi lalat buah
o   Botol eterisari / botol pembiusan
o   Kuas
o   Styrofoam
o   Cawan petri (untuk pembiusan kembali)
o   Cawan pembunuh berisi air larutan detergen
o   Botol berpipet ( untuk eter )
Ø  BAHAN
o   Drosophila melanogaster  (Lalat buah)
o   Eter (obat bius)
o   Kapas
o   Medium
 IV.            CARA KERJA
1.      Menyiapkan botol kultur yang akan diamati yang berisi keturunan F1 dari persilangan Drosophila melanogaster 
2.      Melakukan pembiusan dengan cara mengetuk-ngetuk botol lalat buah di atas styrofom setelah lalat turun ke bawah, buka sumbat busa kemudian tutup dengan botol eterisasi ( dipertautkan ), dan biarkan lalat berpindah dari botol kultur ke botol eterisasi, setelah lalat masuk semua ke botol eterisasi, buka  dan tutup botol eterisasi dengan sumbat untuk pembiusan, kemudian teteskan eter ke pipa sumbat (kurang lebih 3 tetes) dan tunggu sampai lalat pingsan
3.      Setelah lalat pingsan, memindahkan lalat buah dari botol eterisasi ke cawan petri untuk pengamatan
4.      Mengamati dan menentukan parentalnya dan menghitung jumlah lalat buah masing-masing dari dua jenis lalat buah tersebut
5.      Setelah data dari masing-masing diketahui, kemudian menganalisis dengan teknik analisis chi-kuadrat
6.      Setelah mengetahui hasilnya,  kemudian membuat kesimpulan dari analisis tersebut





    V.            HASIL
Dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa parental dari botol M5 yang berupa F1 adalah Normal dengan Curled, dengan keterangan sebagai berikut :

Normal
Curled
Jumlah
Jumlah individu yang diamati
117
52
169
Jumlah individu yang diharapkan
126,75
42,25
169

v  Perbandingan dengan analisis chi-kuadrat
Ho: data yang dihasilkan mempunyai ratio, normal : curled = 3 : 1
H4: data yang dihasilkan tidak mempunyai ratio, normal : curled = 3 : 1

Dari data tersebut maka jumlah dari invididu yang diharapkan:
Normal : ¾ x 169 = 42,25
Curled : ¼ 169 = 126,75
Dengan derajat kebebasan (dk) : k – 1 = 2-1 = 1

 x²= ∑

x²=      

x²=  +  
      
x²=  +  

x²= 0,75 + 2,25
           
x²= 3

jika dibandingkan dengan tabel chi-kuadrat maka hasil tersebut menunjukan menerima hipotesis nol pada taraf kepercayaan 95%
v  Persilangan

Normal   X   Curled

 +                  Cu
           X    
 +                  Cu

+
+
Cu
Cu
+
+
+
+
+
Cu
Cu
Cu
+
Cu
Cu
Cu

Dengan demikian, maka persilangan Normal X Curled = 3 : 1

 VI.            PEMBAHASAN
Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda, keturunan akan diperoleh perbandingan 3:1, fenotipnya dapat sama tetapi memiliki genotip yang berbeda yang kemudian disebut dengan heterozigot contohnya normal dapat dilambangkan dengan + + (homozigot) atau + Cu (heterozigot) dan lain sebagainya.
Pada percobaan-percobaan genetika sering digunakan Drosophila melanogaster karena lalat buah ini lebih ideal dibanding hewan lain. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dan banyak mutan yang telah diketahui stainnya. Strain mutan tersebut terjadi karena adanya perubahan pada gen (mutasi) yang memberi ciri-ciri khusus pada keturunannya. Contoh mutan dari lalat buah ini adalah curled, mutan ini mempunyai ciri-ciri mata merah, badannya coklat dan mempunyai sayap yang melengkung ke atas pada mutan ini terjadi mutasi pada kromosom ke tiga pada posisi 50 unit dari ujung kromosom.( Sisunandar ,2012: 28)
Persilangan monohibrid pada drosophila ini, diketahui parentalnya adalah normal dengan curled dapat diketahui normal dari ciri-cirinya yakni mata merah, sayap lebih panjang dari badan dan badannya coklat, kemudian curled dengan ciri-ciri mata merah, tubuhnya coklat seperti normal hanya saja posisi sayap melengkung ke atas. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan jumlah F2 dari masing-masing parental.
Dua individu Drosophila dari strain normal yang dikawinkan dengan curled (Cu), semua keturunan nampak normal. Akan tetapi apabila individu dari F1 normal itu disilangkan sesamanya maka akan tampak individu-individu dengan sifat normal dan curled, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada waktu gametogenesis pasangan-pasangan dari kromosom akan saling bersegregasi (memisahkan diri) pada masing-masing gamet. Maka jumlah kromosom gamet adalah setengah dari kromosom induk. Pada saat fertilisasi, masing-masing gamet tersebut berfusi membentuk individu yang diploid. Individu curled bertanggung jawab pada sayap yang melengkung ke atas dan individu normal memiliki alel normal. Letak kedua alel tersebut terletak pada lokus yang saling berhubungan. Maka apabila induk normal mewariskan gamet yang normal kepada anaknya, kemudian induk curled juga mewariskan gamet curled, maka akan diperoleh ratio F2 dengan perbandingan normal:curled 3:1 (Sisunandar,2012:29)
F2 yang diperoleh dari percobaan ini adalah 117 normal, 52 curled lalu dilakukan analisis dengan chi-kuadrat dan diperoleh derajat kebebasannya 3, karena lebih kecil dari tabel chi-kuadrat yaitu 3,85 maka percobaan ini menerima hipotesis nol dengan kepercayaan 95%.

VII.            KESIMPULAN
·         Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa praktikan dapat membuktikan dan menerima hukum Mendel I yakni “pada pembentukan gamet , gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan ke dalam dua sel anak”
·         Mengetahui perbandingan pada monohibrid yaitu 3:1
·         Menerima hipotesis nol dengan analisis chi-kuadrat sehingga dikatakan menerima Hukum Mendel I dengan taraf kepercayaan 95%
VIII.            DAFTAR PUSTAKA

Kiauw Nio, Tjan. 1991. Genetika Dasar. Bandung : Insitut Teknologi Bandung
Sisunandar. 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Suryo. 1990. Genetika Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

No comments:

Post a Comment

Designed By